Berita Bethel
Penulis: Pram (01/10/2016)
Dituduh Sebar Propaganda Teror, 20 TV dan Radio Turki Ditutup


Turki memerintahkan penutupan 20 stasiun televisi dan radio, termasuk yang menyiarkan program anak-anak, atas tuduhan penyebaran "propaganda teroris."

Keputusan ini diambil setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan menyatakan situasi gawat darurat di negaranya hingga Oktober mendatang guna menyelidiki upaya kudeta yang gagal pada Juli lalu.



Situasi gawat darurat ini diperpanjang agar otoritas dapat membasmi ancaman dari gerakan keagamaan yang dituding menjadi dalang upaya kudeta tersebut, termasuk dari militan Kurdi.Beberapa stasiun penyiaran yang ditutup ini juga dioperasikan oleh Kurdi dan kelompok keagamaan minoritas Alevi, salah satunya IMC TV. Namun, editor IMC TV, Hamza Aktan, menekankan bahwa penutupan tempat kerjanya tak berkaitan dengan upaya kudeta itu.



"Tak ada kaitannya dengan kudeta. Ini hanya merupakan upaya untuk membungkam pemberitaan media independen mengenai isu Kurdi dan kekerasan yang dilakukan oleh negara," ujar Aktan kepada Reuters, Jumat (30/9).



Belakangan ini, IMC TV kerap menyiarkan laporan mengenai operasi militer pemerintah terhadap Partai Pekerja Kurdistan yang sudah menewaskan ribuan orang selama 14 bulan terakhir. IMC TV memutuskan akan terus mengudara hingga petugas benar-benar datang dan menyegel kantor mereka.



Keputusan ini dianggap janggal karena juga turut menutup stasiun musik tradisional, Govend TV, dan saluran yang menyiarkan kartun berbahasa Kurdi, Zarok TV. Penutupan stasiun televisi itu dan 11 saluran radio lainnya didasarkan pada tuduhan mengancam keamanan nasional.



Perwakilan dari Komite Perlindungan Jurnalis, Robert Mahoney, pun menyebut pemerintah menyalahgunakan situasi gawat darurat yang dicanangkan oleh Erdogan sebagai tameng untuk membungkam minoritas.



"Turki menargetkan bentuk ekspresi budaya dan politik dengan menutup perusahaan penyiaran minoritas. Ketika pemerintah melihat program anak sebagai ancaman keamanan nasional, itu tentu sudah mempergunakan kekuatan gawat darurat," katanya.



Selama ini, pemerintah menuding tokoh Fethullah Gulen, sebagai dalang dari kudeta yang menewaskan ratusan orang tersebut.Sejak kudeta mereda, Turki sendiri sudah memecat sekitar 100 ribu pegawai negara yang diduga terkait dengan gerakan Gulen. Sementara itu, 32 ribu orang yang dianggap terlibat dalam kudeta itu juga ditahan. [Sumber : cnnindonesia.com]