Berita Bethel
Penulis: Pram (18/06/2016)
Kepemimpinan Bawah - Atas


Ketika orang-orang berbicara tentang kepemimpinan, mereka biasanya mengacu pada orang yang berwenang sebagai orang yang berada di "atas". Ada pembicaraan mengenai otoritas "tertinggi", "puncak" organisasi, "puncak" kekuasaan, pemimpin "tertinggi", "puncak rantai makanan", berada "di atas" anak tangga, berada "di atas" orang lain, dan sebagainya.



Sementara itu, ada orang yang berada "di bawah" tiang kekuasaan. Ada orang yang (berada pada posisi) "rendah" pada tiang totem, orang di "bawah" anak tangga, dan sebagainya.



Alkitab bahkan berbicara mengenai cara tersebut dari waktu ke waktu. "Allah memerintah atas bangsa-bangsa," kata pemazmur (47:8). Takhtanya "tinggi dan menjulang," kata seorang nabi (Yesaya 6:1, 52:13). Dan, para tua-tua dalam Perjanjian Baru dikatakan jangan dengan paksa, tetapi "sukarela" (1 Petrus 5:2).



Penggunaan metafora ruang atas/bawah dan tinggi/rendah bertujuan untuk menggambarkan kepemimpinan yang masuk akal. Untuk memimpin, Anda membutuhkan pandangan yang luas. Anda harus bersandar pada kursi wasit tempat Anda dapat melihat apakah pemain pemukul bola telah menginjak garis atau apakah bola telah memantul ke luar batas.



Namun, inilah masalahnya: menjadi pemimpin yang baik juga berarti belajar bagaimana memimpin dari bawah ke atas. Hal ini berarti menjadi dasar, dinding penopang, pijakan bagi kegiatan orang lain. Anda menggunakan otoritas yang telah diberikan kepada Anda untuk memampukan orang lain bertindak, bekerja, dan melayani. Anda menjadi pijakan yang di atasnya mereka hidup, panggung yang di atasnya mereka menari.



Lagi pula, Allah tidak hanya memerintah kita, Ia juga meletakkan diri-Nya sebagai dasar kita. Ia adalah Gunung Batu kita, yang memberi kita tempat yang kuat untuk berpijak (Mazmur 18:31).



Allah melengkapi. Allah melatih. Allah melindungi. Allah mendukung. Allah membuat sesuatu yang besar. Betapa baiknya Allah! Ia memberi kita tempat untuk berdiri, seperti rusa di ketinggian sehingga kita dapat naik dari hutan yang gelap dan dalam, ke atas puncak yang tinggi.



Anda memimpin pelajaran dengan menetapkan contoh. Anda akan menyela, lihat, beginilah caranya. Ini adalah tentang bagaimana Anda mengayunkan raket, menafsirkan kata kerja, menjauhi dosa, menunjukkan kepedulian, menginvestasikan uang, memperingatkan saudara, menafsirkan teks, mempersiapkan khotbah, dan mengasihi jemaat.



Anda menjelaskan jalur mana yang menuntun pada kehidupan, dan yang mana yang menuntun pada kematian. Anda membantu mengarahkan pandangan mereka dan jika itu adalah sekelompok orang, Anda menyiapkan lintasan mereka. Anda menginginkan kesuksesan mereka. Anda mencurahkan segenap kekuatan. Dari awal hingga akhir, Anda mengasihi.



Pada akhirnya, saya kira, Tuhan memberi kita otoritas dari atas ke bawah secara tepat sehingga kita dapat memimpin dari bawah ke atas, seperti Pribadi lain yang saya tahu telah membawa kita secara tepat seperti ini (Matius 20:25-28). Apakah Anda ingat bagaimana Dia melakukannya? [Sumber : www.sabda.org/Foto : Istimewa].