Berita Bethel
Penulis: Pram (23/08/2024)
Pemimpin Kristen Terpanggil oleh Allah dengan Integritas Kepemimpinan yang Lengkap untuk Memimpin


Kepemimpinan Kristen didasarkan atas pesimis utama, yaitu Allah yang oleh kehendak-Nya yang berdaulat telah menetapkan dan memilih setiap pemimpin Kristen kepada pelayanan memimpin. Pesimis ini ditegaskan oleh J. Robert Clinton yang mengatakan, "Pemimpin Kristen adalah seseorang yang dipanggil Allah sebagai pemimpin, yang ditandai oleh kapasitas memimpin, tanggung jawab pemberian Allah untuk memimpin suatu kelompok umat Allah (gereja), mencapai tujuan-Nya bagi, serta melalui kelompok ini" (Clinton 1989:36).

Apa yang diungkapkan oleh Clinton di atas memiliki beberapa implikasi penting yang harus dicermati, antara lain: Pertama, panggilan Allah kepada seseorang untuk menjadi pemimpin adalah bersifat mutlak (Yoh 3:27) di mana panggilan Allah merupakan dasar kepemimpinan seorang pemimpin. Karena Allah memanggil, maka mereka yang terpanggil menemukan diri terpanggil kepada tugas kepemimpinan. Panggilan Allah ini adalah panggilan khusus, di mana Ia oleh rahmat-Nya memanggil seseorang menjadi pemimpin, yang diawali dengan panggilan pembebasan kepada keselamatan-Nya (Band: Yoh 15:16; 10:28, 29; Rm 12:8; Ef 4:11-16; Kel 18:17-21; dan Kis 6:1-7).

Panggilan keselamatan dari Allah yang membebaskan dari dosa adalah dasar bagi integritas diri seorang pemimpin Kristen. Seorang pemimpin Kristen disebut baik, setia jujur, rajin, tahan uji, mempunyai mental, bermoral, beretika, terpuji, dan sebagainya bukan karena ia memang baik, tetapi karena ia adalah orang berdosa yang telah ditebus oleh Kristus. Kenyataan inilah yang menyebabkan penulis menegaskan dalam tulisan "Kepemimpinan yang Dinamis" bahwa positive attitude atau positive thingking itu tidak berada pada seseorang dengan sendirinya. Seorang berdosa menjadi positif, karena ia tertebus oleh Kristus dari dosa dan diampuni di mana pertobatan adalah wahana ia mengalami pengampunan dari Allah yang menjadikannya manusia baru dengan hidup dan sikap serta pengalaman yang positif" (2 Kor 5:17; Ef 2:6-11; 1 Yoh 1:9). Panggilan kepada keselamatan ini memberi dasar bagi integritas dan kredibilitas diri pemimpin. Dengan integritas dan kredibilitas yang tinggi, maka hidup rohani, etis, dan moral pemimpin akan menampakkan karakter yang agung di mana ia dapat disebut sebagai Christ Like Leader. Pemimpin yang memiliki kehidupan yang menempatkan Kristus sebagai pusat dan di atas segala-galanya seperti yang disinggung di atas adalah pemimpin yang memahami hakikat dan tanggung jawabnya sebagai landasan untuk berkiprah dalam kepemimpinan Kristen.

Kedua, Panggilan Allah atas pemimpin ini merupakan dasar kekuatan rohani pemimpin, di mana kekuatan rohani ini merupakan dinamika bagi integritas dan kredibilitas dirinya sebagai pemimpin Kristen. Dalam perspektif Ibr 13:7, 17, pemimpin seperti ini adalah pemimpin model dan pemimpin bertanggung jawab yang dapat dipanuti karena ia dengan rendah hati menghidupi dan mempertahankan iman yang murni dan melaksanakan tugas kepemimpinannya dengan penuh tanggung jawab. Sebagai pemimpin, ia dianggap kompeten dalam bidang hidup rohani, karena kuasa penebusan Kristus oleh Roh Kudus yang mengerjakan di dalam dirinya dinamika rohani yang mendewasakannya menjadi pemimpin rohani yang handal. Pada sisi lain, sebagai pemimpin bertanggung jawab, ia akan terbukti kompeten dengan kinerja yang membawa kebaikan bagi semua pihak dalam kepemimpinannya.

Merujuk kepada kebenaran yang disinggung di atas, dapatlah ditegaskan di sini bahwa dengan integritas dan kredibilitas diri yang tinggi dari seorang pemimpin, ia dapat mencerminkan kehidupan etis dan moral yang tinggi yang bermuara kepada karakter tinggi. Karakter rohani seperti ini memiliki aroma yang kuat, yang dalam kaitan sosialnya dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan etis dan moral umat Allah dengan pengaruh positif. Dengan demikian, pemimpin Kristen yang memiliki integritas seperti ini akan menemukan bahwa dalam kinerja kepemimpinannya oleh rahmat Allah ia dapat mewujudkan pengaruh positif yang akan meneguhkan orang-orang yang dipimpinnya dengan kehidupan etis dan moral yang bertanggung jawab, sehingga ia disebut kredibel. Pada sisi lain, ia dan orang-orang Kristen yang dipimpinnya dapat menjadi sumber pengaman yang dengan kekuatan positif dapat melebarkan pengaruh yang mengalahkan tantangan etis dan moral yang merongrong serta merusak kehidupan bangsa.

Kepemimpinan Kristen didasarkan atas pesimis utama, yaitu Allah yang oleh kehendak-Nya yang berdaulat telah menetapkan dan memilih setiap pemimpin Kristen kepada pelayanan memimpin. Pesimis ini ditegaskan oleh J. Robert Clinton yang mengatakan, "Pemimpin Kristen adalah seseorang yang dipanggil Allah sebagai pemimpin, yang ditandai oleh kapasitas memimpin, tanggung jawab pemberian Allah untuk memimpin suatu kelompok umat Allah (gereja), mencapai tujuan-Nya bagi, serta melalui kelompok ini" (Clinton 1989:36).

Apa yang diungkapkan oleh Clinton di atas memiliki beberapa implikasi penting yang harus dicermati, antara lain: Pertama, panggilan Allah kepada seseorang untuk menjadi pemimpin adalah bersifat mutlak (Yoh 3:27) di mana panggilan Allah merupakan dasar kepemimpinan seorang pemimpin. Karena Allah memanggil, maka mereka yang terpanggil menemukan diri terpanggil kepada tugas kepemimpinan. Panggilan Allah ini adalah panggilan khusus, di mana Ia oleh rahmat-Nya memanggil seseorang menjadi pemimpin, yang diawali dengan panggilan pembebasan kepada keselamatan-Nya (Band: Yoh 15:16; 10:28, 29; Rm 12:8; Ef 4:11-16; Kel 18:17-21; dan Kis 6:1-7).

Panggilan keselamatan dari Allah yang membebaskan dari dosa adalah dasar bagi integritas diri seorang pemimpin Kristen. Seorang pemimpin Kristen disebut baik, setia jujur, rajin, tahan uji, mempunyai mental, bermoral, beretika, terpuji, dan sebagainya bukan karena ia memang baik, tetapi karena ia adalah orang berdosa yang telah ditebus oleh Kristus. Kenyataan inilah yang menyebabkan penulis menegaskan dalam tulisan "Kepemimpinan yang Dinamis" bahwa positive attitude atau positive thingking itu tidak berada pada seseorang dengan sendirinya. Seorang berdosa menjadi positif, karena ia tertebus oleh Kristus dari dosa dan diampuni di mana pertobatan adalah wahana ia mengalami pengampunan dari Allah yang menjadikannya manusia baru dengan hidup dan sikap serta pengalaman yang positif" (2 Kor 5:17; Ef 2:6-11; 1 Yoh 1:9). Panggilan kepada keselamatan ini memberi dasar bagi integritas dan kredibilitas diri pemimpin. Dengan integritas dan kredibilitas yang tinggi, maka hidup rohani, etis, dan moral pemimpin akan menampakkan karakter yang agung di mana ia dapat disebut sebagai Christ Like Leader. Pemimpin yang memiliki kehidupan yang menempatkan Kristus sebagai pusat dan di atas segala-galanya seperti yang disinggung di atas adalah pemimpin yang memahami hakikat dan tanggung jawabnya sebagai landasan untuk berkiprah dalam kepemimpinan Kristen.

Kedua, Panggilan Allah atas pemimpin ini merupakan dasar kekuatan rohani pemimpin, di mana kekuatan rohani ini merupakan dinamika bagi integritas dan kredibilitas dirinya sebagai pemimpin Kristen. Dalam perspektif Ibr 13:7, 17, pemimpin seperti ini adalah pemimpin model dan pemimpin bertanggung jawab yang dapat dipanuti karena ia dengan rendah hati menghidupi dan mempertahankan iman yang murni dan melaksanakan tugas kepemimpinannya dengan penuh tanggung jawab. Sebagai pemimpin, ia dianggap kompeten dalam bidang hidup rohani, karena kuasa penebusan Kristus oleh Roh Kudus yang mengerjakan di dalam dirinya dinamika rohani yang mendewasakannya menjadi pemimpin rohani yang handal. Pada sisi lain, sebagai pemimpin bertanggung jawab, ia akan terbukti kompeten dengan kinerja yang membawa kebaikan bagi semua pihak dalam kepemimpinannya.

Merujuk kepada kebenaran yang disinggung di atas, dapatlah ditegaskan di sini bahwa dengan integritas dan kredibilitas diri yang tinggi dari seorang pemimpin, ia dapat mencerminkan kehidupan etis dan moral yang tinggi yang bermuara kepada karakter tinggi. Karakter rohani seperti ini memiliki aroma yang kuat, yang dalam kaitan sosialnya dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan etis dan moral umat Allah dengan pengaruh positif. Dengan demikian, pemimpin Kristen yang memiliki integritas seperti ini akan menemukan bahwa dalam kinerja kepemimpinannya oleh rahmat Allah ia dapat mewujudkan pengaruh positif yang akan meneguhkan orang-orang yang dipimpinnya dengan kehidupan etis dan moral yang bertanggung jawab, sehingga ia disebut kredibel. Pada sisi lain, ia dan orang-orang Kristen yang dipimpinnya dapat menjadi sumber pengaman yang dengan kekuatan positif dapat melebarkan pengaruh yang mengalahkan tantangan etis dan moral yang merongrong serta merusak kehidupan bangsa. [Sumber : sabda.org].