Berita Bethel
Penulis: Pram (22/11/2021)
Austria Kembali ‘Lockdown’, Eropa Hadapi Lonjakan Kasus Virus Corona


Menjelang liburan Natal, Austria menutup toko-toko, restoran dan pasar Natal pada Senin (22/11), memulai kembali lockdown dalam pembatasan terkait COVID-19 yang paling dramatis di Eropa Barat selama beberapa bulan ini.Keputusan ini memicu reaksi keras. Puluhan ribu orang turun ke jalan-jalan,sebagian menyalahkan pemerintah karena tidak berbuat lebih banyak untuk mencegah gelombang virus corona baru ini melanda Eropa.Mulai Senin (22/11) pagi, 8,9 juta orang Austria tidak diizinkan untuk meninggalkan rumah kecuali untuk bekerja, berbelanja kebutuhan pokok dan berolahraga.



Negara di kawasan Alpen ini juga memberlakukan mandat vaksin menyeluruh mulai 1 Februari, yang bersama dengan Vatikan menjadi tempat-tempat di Eropa yang memberlakukan ketentuan itu.Sewaktu berjuang mengatasi lonjakan kembali pandemi selama hampir dua tahun sejak COVID-19 pertama kali muncul, beberapa negara di benua itu telah memberlakukan kembali berbagai pembatasan.



Mereka kerap kali memilih pembatasan berupa larangan bagi orang-orang yang tidak divaksinasi di tempat-tempat seperti restoran dan bar.Namun sejak vaksin COVID-19 tersedia luas, belum pernah ada satu pun negara Uni Eropa yang kembali memasuki lockdown nasional.Kemunduran. Keputusan Austria itu membalik janji-janji sebelumnya bahwa pembatasan virus yang ketat akan menjadi bagian dari masa lalu.



Selama musim panas, kanselir ketika itu, Sebastian Kurz, telah menetapkan bahwa pandemi “berakhir.”Namun tingkat vaksinasi yang stabil, jumlah kasus yang mencatat rekor dan jumlah kematian yang meningkat telah memaksa pemerintah untuk menarik mundur klaim berani itu.



Setelah mulai menjabat pada Oktober lalu, kanselir Alexander Schallenberg, mengkritik tingkat vaksinasi yang “rendah”, 66 persen dibandingkan dengan tingkat vaksinasi 75 persen di Prancis, dan melarang warga yang tidak divaksinasi memasuki ruang publik.Sewaktu ini terbukti tidak efektif dalam menghentikan putaran infeksi terbaru, ia mengumumkan lockdown nasional selama 20 hari, dengan evaluasi setelah 10 hari.



Sekolah-sekolah akan tetap buka, meskipun orang tua telah diminta untuk menjaga anak-anak mereka tetap di rumah jika memungkinkan. Bekerja dari jarak jauh juga direkomendasikan.Analis politik Thomas Hofer menyalahkan Schallenberg karena terlalu lama mempertahankan “fiksi” mengenai keberhasilan mengendalikan pandemi.“Pemerintah tidak menganggap serius peringatan mengenai gelombang berikutnya,” katanya kepada AFP.[Sumber : voaindonesia.com].