Berita Bethel
Penulis: Pram (24/01/2020)
Penghambat Mujizat


“Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakannya di situ.” Matius 13:58

Seorang istri berteriak memanggil suaminya. Ternyata ketika sang istri ingin mencuci piring, keran air tidak jalan. Akhirnya mereka memutuskan untuk memanggil tukang. Karena rumah tukang sangat jauh suami istri inipun akhirnya menunggu. Sang istri mulai mengomel karena dia harus segera pergi ke pasar. Sang suami yang ingin pergi bekerja tidak bisa mandi karena air di kamar mandi juga mati. Sejam kemudian sang tukang datang. Karena terlalu lama menunggu, mereka bersungut-sungut dan marah kepada tukang. Setelah diperiksa ternyata penyebab matinya air bukan karena sumber airnya habis. Tetapi ada kain yang menyumbat aliran pipa air. Setelah kain itu dikeluarkan air mengalir dengan lancar.

Dalam perjalanan kerohanian seringkali kita membutuhkan mujizat. Ada banyak hal yang terjadi di luar kendali kita. Tapi tidak jarang akhirnya kita mulai bersungut-sungut dan marah kepada Tuhan karena mujizat yang kita inginkan tidak pernah terjadi.

Air itu tidak mengalir bukan karena airnya habis tetapi karena ada kain yang menghambat perjalanan airnya. Demikian juga kita dalam mengikut Tuhan. mujizat dan berkatnya tidak pernah habis, tetapi ada penghambat yang membuat kita tidak bisa menikmati berkat dan mujizat tersebut. Yuk kita bahas apa saja yang menjadi penghambat berkat dan mujizat dalam kehidupan kita.



1. Hati yang bimbang. Matius 14:31 segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: “ hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?”. Bimbang bukan berarti tidak percaya. Tetapi bimbang lebih identik kepada perasaan ragu-ragu. Ingin percaya tetapi ingin juga untuk tidak percaya. Bukan hanya Anda, karena saya pun sering sekali bimbang dalam iman saya. Ketika kenyataan yang saya alami tidak seindah janji Tuhan yang saya dengar, acap kali saya juga bimbang. Tetapi semakin saya bimbang semakin tidak terjadi apa-apa. Justru kebimbangan saya membuat hubungan saya dengan Tuhan semakin renggang. Yuk minta kepada Tuhan keteguhan hati agar kita tidak bimbang akan setiap janji-janji Tuhan dalam kehidupan kita.



2. Hati yang takut. Kejadian 3:10 ia menjawab: “ ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.”Konteks takut di sini memiliki pengertian yang berbeda dengan Amsal 1:7 yang berkata takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan. Jika di Amsal 1:7 itu takut dalam pengertian kita menghormati dan mencintai Tuhan sehingga kita takut untuk menyakiti hati-Nya. Namun dalam kitab kejadian Adam takut untuk menghadap Tuhan karena Adam sadar jika dia telah berbuat satu pelanggaran. Sering sekali hidup kita dihantui oleh rasa takut. kita takut bahwa Tuhan tidak akan pernah menolong kita karena pelanggaran-pelanggaran yang pernah kita buat. Adam takut sehingga dia menjauh dari Tuhan. Jangan biarkan ketakutan kita membuat hubungan kita putus dengan Tuhan. Dia Tuhan yang ingin melihat kita merdeka tanpa rasa ketakutan. Jika kita memang melakukan kesalahan, hampiri Dia dan minta ampun. Mari kita minta kemampuan supaya kita bisa hidup lebih baik lagi.



3.Hati yang merasa tidak layak. Ketika Simon Petrus melihat mujizat secara nyata. Perahunya dan perahu saudaranya penuh dengan ikan, justru dia berkata “ Tuhan, pergilah daripadaku karena aku ini seorang yang berdosa.” Perasaan bersalah Petrus membuat dia merasa bahwa dia tidak layak menerima mujizat. Sementara Tuhan ingin sekali menjadikan dia sebagai penjala manusia. Artinya Tuhan memikirkan masa depannya, Tuhan memikirkan jauh lebih besar dari apa yang dipikirannya. Tuhan memberikan sesuatu yang baru dalam hidupnya. Perasaan bersalah akan selalu membuat kita merasa tidak layak. Ketika kita merasa tidak layak, maka tidak akan pernah berani untuk meminta mujizat.

Mujizat dan berkat itu ada dan selalu ada untuk anda dan saya. Tetapi berkat dan mujizat Tuhan bisa terhalang ketika kita bimbang, takut, dan merasa tidak layak. Berkat dan mujizat Tuhan juga bisa terhalang ketika kita melihat dengan menggunakan mata jasmani kita. Kita hanya akan fokus kepada kenyataan pahit yang sedang kita alami dan seringkali hal itu membuat kita ingin sekali mengajari Tuhan bagaimana caranya menyelesaikan masalah kita. Percaya kepada Tuhan artinya percaya juga kepada caranya, waktunya, dan pertolongannya.Jangan membuat kotak untuk membatasi Tuhan melakukan mujizat. Karena sesungguhnya Dia ingin sekali memberkati dan menolong kita.[Sumber : gracedepth.com].