Berita Bethel
Penulis: Pram (25/11/2019)
Delapan Cara Membangun Rumah Tangga Bahagia [Bag. Pertama]


Dalam bukunya "Communication is Key to Your Marriage" (Komunikasi adalah Kunci dalam Pernikahan Saudara),Norman Write menulis: Keluarga bahagia adalah rumah tangga yang dibentuk oleh manusia yang tidaksempurna.Akan tetapi, mereka berjanji akan menyerahkan diri dalam kasih kepada peribadi yang lain yang juga tidaksempurna.



Kita semua (suami istri) terdiri atas orang-orang yang tidak sempurna. Sebelum menikah, semua laki-laki inginmendapatkan istri yang paling baik, paling sempurna, paling cantik, paling ini, dan paling itu. Demikian jugawanita. Mereka mengharapkan seorang suami yang paling gagah, banyak uang, ini, dan itu. Akan tetapi,rahasia kebahagian keluarga bukan terletak pada kecocokan yang demikian.



Memang, tidak ada manusia yang sempurna. Kebahagiaan itu terletak pada janji yang dibuat bersama. Seorangyang tidak sempurna berjanji untuk menyerahkan diri dalam kasih secara pribadi kepada orang lain yang jugatidak sempurna. Inilah yang membuat mereka sempurna: Keduanya diikat oleh kasih Tuhan Yesus Kristus.



Saya tidak mengatakan pernikahan yang bahagia itu dibentuk oleh manusia yang sempurna, melainkan terdiriatas orang yang tidak sempurna yang terikat dalam kasih dan berjanji untuk saling mengasihi. Dengan ikrar itutiap anggota saling melengkapi kasih itu dalam tiap perbedaan watak, pribadi, serta dalam segala kekurangandan kelebihannya.



Perbedaan watak dan pribadi serta kekurangan lain dapat dibentuk oleh kasih yang sudah diikrarkan bersama.Di situlah terdapat rahasia keluarga bahagia. Dengan janji itu kita tidak hanya melihat kekurangan istri atausuami saja. Kita tidak mudah bereaksi terhadap hal-hal negatif dari teman hidup kita. Dalam pernikahan pastiada hal yang kurang sempurna. Akan tetapi, justru dari kekurangan dan ketidaksempurnaan itulah terdapatsaling menerima dan melengkapi untuk menyusun rumah tangga bahagia.



Dengan mengerti hal di atas bukan berarti Saudara dapat sukses dalam pernikahan pada hari esok. KalauSaudara pernah gagal dalam pernikahan, firman Tuhan ini membuat hari esok lebih baik dari hari kemarin.Seorang penginjil tua dari Belanda, Corry Ten Boom, dalam bukunya "Ist New Day" (Tiap Hari Baru) berkata,



"Untuk mereka yang percaya kepada Tuhan Yesus, hari esok senantiasa lebih indah dari hari ini." Itu bukansekadar ucapan. Hal ini juga melukiskan kehidupan penginjil ini. Dalam usianya yang ke-86 tahun, hidupnyamakin bercahaya seperti bintang-bintang oleh imannya kepada Tuhan Yesus. Waktu usianya 85 tahun, sayamengunjungi dia dan berdoa bersama. Saya melihat, dalam umur setua itu wajahnya tampak bercahaya.



Jika masa lampau rumah tangga Saudara mengalami kegagalan, itu bukan berarti bahwa besok Saudara tidak bisa membangun rumah tangga bahagia lagi. Janganlah putus asa. Bangkitlah kembali dengan anugerah TuhanYesus sambil menaiki tangga demi tangga untuk mencapai kebahagiaan di dalamnya.



Saya telah melayani banyak keluarga yang hubungan rumah tangganya retak. Ada yang berkata, "Kami tidakbisa lagi membangun keluarga ini. Kami sudah tiba di puncak perceraian, puncak kesulitan, dan tidak bisaturun lagi." Akan tetapi, Alkitab hanya berbicara soal program pernikahan, tidak ada program perceraian.



Bagaimanapun gagalnya! Saya lihat, mereka yang sungguh menaati kata-kata Alkitab berhasil membangunrumah tangga dalam damai sejahtera Kristus.Pada suatu hari seorang ibu datang kepada saya. Ada masalah dalam keluarganya. Suaminya sangat ringantangan. Memang, suami ini baru masuk Kristen setelah menikah dengan ibu itu.



Dalam pelayanan sayamenyampaikan kata-kata Ibu Corry Ten Boom yang tua itu: Hari esok lebih cerah daripada hari ini kalauengkau percaya kepada Tuhan Yesus dan menyerahkan rumah tangga ini agar diolah-Nya. Pasti ada harapanbaru lagi. Keduanya mengangguk. Kami berdoa menyerahkan kembali rumah tangga itu kepada Tuhan secara total. Terasa dari keluhan jiwanya, air matanya keluar. Akan tetapi, sebentar kemudian menjadi kering.



Setelah berdoa wajah itu tampak gembira. Bagi orang percaya dan mengarahkan diri kepada Tuhan Yesus,hari esok pasti lebih indah.Dalam tiap rumah tangga ada dua kemungkinan tindakan kita. Yang pertama ialah sikap yang menghancurkan.Tindakan ini senantiasa mencari hal-hal yang negatif dan terus melakukan hal yang kurang baik.



Ia selalu mengejar kesalahan teman hidupnya, senang menceritakan kepada orang lain kekurangan-kekurangan istri atausuaminya. Sikap kedua senantiasa membangun di atas dasar yang baik dalam hubungan antara suami dan istri.Demikian juga terjadi dalam hubungan antara orangtua dan anak.



Marilah kita membaca firman Tuhan di dalam Efesus 4:29: "Janganlah ada perkataan kotor keluar darimulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yangmendengarnya, beroleh kasih karunia." Roma 14:13 berkata, "Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi. 



Tetapi lebih baik kamu menganut pandangan ini: Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung!"Dengan mengemukakan dua sikap utama di atas, saya mengajak kita mengikuti secara saksama delapan cara membangun keluarga bahagia:



III. 1. Tutuplah Pintu Kamar. Di dalam kamar yang tertutup itulah Saudara, suami istri, atau Saudara sebagai orangtua bersama anak-anak dapat mengemukakan hal-hal negatif yang mengganggu perasaan.



Istilah "masuk dalam kamar" dan "tutuplah pintu" maksudnya di sanalah kita dapat menyampaikan dengan terus terang apa yang kita anggap salah atau kita lihat tidak baik yang dilakukan anggota keluarga kita yang lain.



Dalam kamar tertutup kita bisa mengemukakan hal-hal yang menyakitkan atau yang tampak menghina. Cara demikian menghindarkan perasaan menghina. Meskipun salah, tetapi dalam pembungkusan kasih.Ajaklah istri atau suami ke kamar tidur, atau anak-anak juga, bila pembicaran menyangkut masalah mereka.



Lakukanlah hal ini dengan hati-hati agar mereka yang tidak berkepentingan tidak mengetahuinya. Bagaimanapun kita bermaksud baik, tidaklah benar bila kekurangan keluarga kita bicarakan di hadapan orang lain. Kadang-kadang, dengan tidak sadar seorang suami menyampaikan kata-kata yang tidak sedap didengar mengenai istrinya di hadapan anak-anak. Atau istri menyampaikan hal-hal jelek mengenai suami kepada anak-anak.



Nasihat dalam 1 Yohanes 3:18 sangat penting: "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah. Mengasihi bukan dengan perkataan tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." Itu berarti Saudara harus dapat menahan diri agar teguran itu dapat dilakukan dalam kasih.



Meskipun hal itu keji dan hina, tetapi tetap salah bila hal itu dilakukan di hadapan orang lain. Itulah sebabnyahukum ini berkata: Masuk dalam bilik tertutup. Di sanalah tempat paling tepat untuk suami atau istri membicarakan kekurangan satu dengan yang lain.



Pernah terjadi, seorang istri menemukan suaminya menyeleweng dengan wanita lain. Begitu suaminya kembali, ia mengucapkan kata-kata hinaan kepada suaminya di hadapan anak-anak mereka, "Dari mana kamu?. Mengapa pulang terlambat?.



Suami itu memang salah, tetapi tindakan istri itu tidak hanya menrendahkan ayah di hadapan anak-anak,melainkan keluarganya. Jalan terbaik bukan begitu. Suami itu harus menyadari kesalahanya untuk meminta ampun kepada Tuhan, kembali dengan cara demikian. Yang terpenting ialah membangun di atas dasar yang baik.



Kita mungkin tidak setuju dengan tindakan suami atau istri kita yang salah. Boleh jadi ia jatuh ke dalam kebejatan moral. Akan tetapi, seandainya Saudara dapat memenuhi hukum ini, masih ada hal-hal positif dari suami atau istri Anda yang dapat menjadi titik tolak pembangunan rumah tangga Saudara. Semua itu dapat dilakukan di tempat tertutup. Bahkan, hal-hal yang sudah dianggap paling kotor, paling najis dapat disampaikan sepuas-puasnya. Ini yang dimaksud membangun di atas dasar yang baik. Artinya, bagaimanapun suami atau istri masih dapat menahan diri untuk marah pada tempat dan waktu tertentu.



Pasangan Saudara akan menghargai sikap yang demikian. Sebaliknya, bila Saudara saling menegur atau mencaci-maki di hadapan anak-anak, Saudara hanya mengakibatkan hancurnya keluarga itu. Suasana pun akan rusak.



Pernah terjadi, ada pasangan suami istri yang sudah menikah selama 20 tahun minta pelayanan saya. Ternyata,sebelum menikah suami tersebut seorang yang tidak kaya, jabatannya cukup saja dan mereka sederhana.Setelah menikah kariernya menanjak. Ia mendapat posisi tinggi dalam jabatannya. Uang yang masuk banyak.



Seharusnya mereka berbahagia, tetapi sebaliknya yang terjadi. Suami yang sekarang mempunyai jabatan tinggi menganggap rendah istrinya, seperti babu.Saya bertanya kepada si suami, "Bagaimana Saudara memanggil Ibu?"



Jawabnya, "Saya memanggilnya: Hai, Perempuan! Kata-kata "istriku" sudah tidak cocok lagi. Dua puluh tahunan yang lalu bisa, sekarang tidak karena perempuan ini tidak bisa mengikuti jalan pikiran saya. Dia tidak pandai ini dan itu, tidak cantik, dan sebagainya."



"Siapa yang salah dalam hal ini?" saya jawab sendiri, "Bapak!". "Mengapa Bapak tidak menggunakan uang dan jabatan itu untuk kemajuan ibu?" Karena uang dan pangkat yang tinggi para suami memandang rendah istrinya. Itu bukan membangun ke atas, tetapi membunuh ke bawah. [Bersambung - Sumber : sabda.org].