Berita Bethel
Penulis: Pram (27/08/2018)
Kepemimpinan Rohani dan Kepemimpinan Sekuler [ II ]


Sekarang kita akan mempertimbangkan prinsip/kebiasaan kedua untuk memperoleh kemenangan pribadi dalam buku Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif. Kita memilih kebiasaan kedua ini karena prinsip ini sering dikutip dalam buku-buku kepemimpinan atau buku-buku rohani. Prinsip ini disebut Mulai dengan Akhir dalam Pikiran.



Mulai dengan Akhir dalam Pikiran. Mulai dengan Akhir dalam Pikiran didasarkan pada prinsip bahwa segalanya diciptakan dua kali. Pertama, ciptaan mental dan kedua, ciptaan fisik sebagai realisasi ciptaan pertama. Ciptaan mental yang dimaksud adalah suatu usaha untuk menggambarkan dalam imajinasi (visualisasi) hal-hal atau perkara-perkara yang kita inginkan terjadi di alam nyata.



Ciptaan mental adalah suatu tujuan yang kita tetapkan berdasarkan nilai-nilai yang kita anut. Ciptaan mental ini juga dapat kita sebut visi pribadi dalam arti suatu gambaran masa depan yang kita harap dan percaya akan terjadi pada diri kita.



Menurut Stephen R. Covey, membuat ciptaan pertama didalam diri kita sama dengan menulis ulang naskah yang dulu pernah ditulis melalui pengalaman-pengalaman kita, lingkungan kita, nilai-nilai kita yang lama dimana seringkali naskah lama ini tidak efektif.



Apabila seseorang bersikap reaktif, maka responnya terhadap suatu stimulus akan dipengaruhi oleh naskah-naskah yang lama tersebut. Karena naskah-naskah yang lama sering tidak efektif, maka perilaku kita juga sering negatif. Perilaku kita menjadi fungsi dari naskah kita yang lama.



Sementara melalui suatu kebiasaan membuat ciptaan pertama, kita melatih diri menjadi seorang yang proaktif, yaitu seorang yang mengambil inisiatif dan secara sadar memilih respon kita berdasarkan nilai-nilai yang kita tetapkan sendiri.



Cara yang paling baik untuk membuat ciptaan pertama atau Mulai dengan Akhir dalam Pikiran, menurut Covey adalah mengembangkan pernyataan misi pribadi. Karena setiap pribadi itu unik, maka alasan ia ada didunia ini juga unik maka pernyataan misi pribadinyapun juga unik.



Ada baiknya kita mengutip suatu pernyataan misi pribadi dari sahabat Stephen Covey sebagai berikut :



1.Berhasillah di rumah lebih dahulu.2.Carilah dan layakkan diri untuk mendapatkan pertolongan ilahi.3.Jangan pernah berkompromi dalam hal kejujuran.4.Ingatlah orang-orang yang terlibat. 5.Dengarlah kedua belah pihak sebelum memutuskan. 6.Dapatkan nasihat dari orang lain.7.Belalah mereka yang tidak hadir.8. Tuluslah, tetapi sekaligus tegas.



9. Kembangkan satu kecakapan baru setiap tahun. 10. Rencanakan kerja untuk esok pada hari ini.11.Desaklah sewaktu menunggu. 12. Pertahankan sikap yang positif. 13. Pertahankan rasa humor. 14. Jadilah pribadi dan pekerja yang teratur.15.Jangan takur berbuat kesalahan-takuti hanya ketiadaan respon yang kreatif.



16. Konstruktif dan korektif terhadap kesalahan itu. 17. Bantulah bawahan untuk berhasil. 18.Dengarkanlah dua kali lebih banyak dari pada berbicara.



19.Berkonsentrasilah pada semua kemampuan dan usaha pada tugas yang sedang dihadapi, jangan khawatir tentang pekerjaan atau promosi berikutnya.

Dalam menciptakan pernyataan misi pribadi, kita perlu menggunakan seluruh kemampuan otak kita.



Menurut teori dominasi otak, ada spesialisasi dan fungsi-fungsi yang berbeda antara otak kiri dan otak kanan. Otak kiri adalah bagian yang lebih logis/verbal, analisis dan sistematis, sedangkan otak kanan adalah bagian yang lebih intuitif, kreatif dan berimajinasi. Kemampuan menciptakan pernyataan misi atau mulai dengan Akhir dalam Pikiran lebih tergantung pada otak kanan.



Setelah kita melakukan ciptaan mental atau ciptaan pertama ini, maka kita membuat langkah-langkah untuk merealisasikannya kedalam ciptaan kedua yaitu ciptaan fisik. Dengan kebiasaan melakukan visualisasi, kita memperoleh kekuatan dan dorongan untuk merealisasikan kedalam ciptaan fisik.



Berdasarkan uraian diatas mengenai kebiasaan Mulai dengan Akhir dalam Pikiran dalam buku Stephen Covey, kita dapat menarik beberapa kesimpulan. Pertama, inisiatif untuk melakukan visualisasi berasal dari diri sendiri.



Kitalah yang menentukan dan membayangkan akan menjadi apa kita nantinya. Kedua, energi yang diperoleh untuk merealisasikan apa yang kita bayangkan (visualisasikan) juga berasal dari diri sendiri. Inilah yang disebut pengembangan diri (Self development) diluar Tuhan.



Walaupun demikian, menurut penelitian DR. Charles Garfield, hampir semua atlet kelas dunia dan orang berprestasi puncak dibidang lainnya adalah orang yang suka melakukan visualisasi. Jadi ada suatu energi atau kuasa diluar Tuhan yang dihasilkan akibat melakukan visualisasi.



Apakah pemimpin rohani boleh menggunakan taktik visualisasi seperti ini untuk mengembangkan kepemimpinannya ? Apakah seseorang masih dapat disebut pemimpin rohani kalau ia mengembangkan dirinya dengan teknik visualisasi seperti diuraikan oleh Stephen Covey ?.



Berdasarkan uraian kita sebelumnya mengenai makna Kejatuhan, jelas bahwa mengembangkan diri dengan bersandarkan kekuatan diri sendiri sama sekali tidak berkenan dihadapan Tuhan. Pengembangan diri harus dilakukan dengan cara penyangkalan diri (kekuatan dan inisiatif diri sendiri) dan membiarkan Kristus bermanifestasi melalui jiwa kita.



Jadi prinsip Mulai dengan Akhir dalam Pikiran dan teknik visualisasi yang diusulkan Covey, tidak dapat diterapkan pada pemimpin rohani. Hal ini bukan berarti pemimpin rohani tidak mempunyai visi atau gambaran masa depan yang dipercayainya akan Tuhan realisasikan bagi dirinya dan umatNya.



Melainkan segala sesuatu harus dimulai oleh Tuhan dan direalisasikan oleh kekuatan Tuhan, sesuai dengan yang ada tertulis sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.[Sumber : sabda.org/Foto : Istimewa].