Berita Bethel
Penulis: Pram (21/03/2017)
KPK Sebut 3 Poin Peran Gereja Dalam Pemberantasan Korupsi


Jakarta – Salah satu pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Saut Situmorang mengatakan ada 3 poin cara yang dapat dilakukan gereja dalam rangka berpartisipasi dalam program pemerintah tentang pemberantasan korupsi.



Yang pertama menurut dia, gereja dalam menerima donasi atau sumbangan dari jemaat dapat meyakini bahwa sumbangan tersebut bukan dari hasil korupsi atau cara-cara yang tidak benar.



“Lebih baik gereja pakai kipas angin daripada pakai AC (Air Conditioner) tapi dari hasil korupsi atau dari barang curian.” Kata pemilik nama lengkap Thony Saut Situmorang ini dalam acara seminar bertajuk ‘Korupsi Semakin Merajalela, Apa Peran Gereja?’ yang digelar oleh DPA BPH GBI bekerja-sama dengan BPD GBI DKI Jakarta di Graha Bethel, Jakarta (Senen, 20/3).



Cara kedua yang dapat dilakukan gereja, kata Saut, lewat khotbah mengimbau jemaat agar hidup jujur dan menghindari tindakan yang berindikasi korupsi, hal itu dapat dimulai dari hal-hal kecil seperti menerapkan hidup disiplin atau taat dalam aturan.



“Bila perlu pendeta bisa menegur dengan keras dalam khotbah. Misalnya dengan mengungumkan bahwa gereja tidak menerima sumbangan dari hasil korupsi,” tukas pria kelahiran Mayang, 20 Febuari 1959 ini.



Yang ketiga, menurutnya yakni dengan cara memberikan contoh konkrit perilaku hidup jujur dan dengan memperkenalkan firman Tuhan serta tokoh insipari yang berbicara soal pentingnya hidup jujur dan bahayanya berprilaku korup.



“Menerapkan sistem menutup celah tindak korupsi, misalnya ada laporan pertanggung-jawaban yang benar dalam setiap kegiatan. Ada juga sikap tidak korupsi tapi bertindak tidak efisien. Misalnya, datang ke kantor jam 7 pulang jam 9, itu hal kecil yang bakal menjadi cikal-bakal tindak korupsi,” jelasnya.



Menurut dosen Ilmu Konpetitif Intelijen di Universitas Indonesia (UI) dan Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) ini, korupsi sama dengan setan maka hindari berdialog dengan setan. Ada 400 ayat dalam Alkitab untuk mencegah korupsi yang bisa dijadikan kekuatan untuk melawan dari upaya tindak korupsi.



“Ambil ngak, ambil ngak, pasti diambil. Jadi mending hindari berdialog dengan setan penggoda. Di dunia ini hanya Yesus yang mampu berdialog dengan setan dan menang,” kata pria yang sejak kecil aktif beribadah, bahkan pernah menjadi Ketua Pemuda di gereja ini.



Diceritakan Saut, di kantor KPK ada 7500 surat pengaduan yang masuk setiap bulannya, yang 50 persennya berpotensi tindak korupsi. Yang mana kebanyakan pelakunya adalah penyelenggara negara.



“Persoalan kita sebenarnya adalah soal integritas. Kalau pemimpin atau pejabat negara diisi oleh orang-orang berintegritas, akan sangat berpengaruh dalam mengurangi tindak korupsi. Menurut saya, kita beruntung memiliki Presiden yang seperti sekarang ini,” ungkapnya.



Mengenai penyelenggaraan seminar tersebut, menurut Ketua DPA BPH GBI, Pdt. Timotius Tan berharap agar gereja, melalui para pendeta jemaat yang diundang dapat mensosialisasikan dan menerapkan sikap apa yang mesti dilakukan warga gereja untuk hidup jujur dan anti korupsi.



“Ada 2 pilihan dalam hidup ini, cinta Tuhan atau mamon. Sebab Yesus bersabda bahwa manusia tidak bisa mengabdi pada 2 tuan. Dan Yesus juga mengingatkan bahwa awal dari kematian rohani adalah cinta uang,” katanya.



Dalam seminar tersebut, selain para pemimpin pemuda dan pembina anak sekolah minggu, juga dihadiri oleh para pendeta jemaat yang sengaja diundang khusus oleh penyelenggara. Turut juga hadir dalam seminar tersebut Ketua Bidang Hukum dan Advokasi BPH GBI, Pdt. Hanan Suharto. (ARP)