Berita Bethel
Penulis: Pram (05/12/2016)
Jangan Golput !


Perilaku para pemilih yang terbagi menjadi tiga bagian yakni ideologis dan historis, swing voter (ragu-ragu, mencapai lebih dari 80 persen) dan rasional. merupakan pembahasan Jerry Sumampouw (PGI) pada acara "Doa Untuk Bangsa dan Negara".



Kegiatan ini bertemakan "Harapan Gereja Masa Kini dan Masa Depan", digelar FKKJ (Forum Komunikasi Kristiani Jakarta) pimpinan Pdt.Dr. Ferry Haurissa, MTh (Graha Bethel, Jakarta-Kamis, 01/12).



Jangan Golput !. Terdapat tiga aspek dalam Pilkada (Pemilu) menurutnya masing-masing terdiri dari 1. Aspek informatif, sosialisasi agar partisipasi rakyat tinggi. 2. Aspek edukatif, pendidikan pemilih berbasis kepentingan pemilih bukan penyelenggara. 3. Aspek strategis, konsolidasi, fasilitasi, pendampingan caleg. Gereja berdiri di tas kepentingan semua kelompok di gereja.



Selanjutnya, Jerry menghimbau agar gereja (jemaat) tidak Golput. Sebab, ia berpandangan Pilkada (Pemilu) sebagai tanggung-jawab iman gereja sebagai warga bangsa. Selain itu, Pilkada (Pemilu) juga sebagai alat kontrol dan kritik terhadap kekuasaan. Ia mengingatkan jika jumlah pemilih semakin turun, maka hal itu akan mengurangi legitimasi moral Pilkada (Pemilu).



"Melalui partisipasi rakyat dalam kegiatan ini maka akan semakin menutup kecurangan. Tujuan Pilkada (Pemilu) adalah mewujudkan tujuan nasional" katanya. Soal semakin maraknya penyebaran berita via Media Sosial, Jerry berpesan agar berbagai pihak jangan sampai "memanas-manasi" suasana, karena saat ini sedang tinggi-tingginya tensi politik. "Wacana Pilkada DKI Jakarta (Februari 2019) mempengaruhi opini rakyat sampai ke seluruh Indonesia," tutup Jerry.



Gereja Musti Netral dan Ekses Med-Sos. Pembicara selanjutnya, Romo Antonius Benny Susetyo mengatakan gereja musti netral. Artinya jangan ikut-ikutan dukung-mendukung salah satu kandidat (calon) dalam Pilkada dan Pemilu. "Gereja perlu menahan diri dan tidak re-aktif,"ujarnya.



Romo Benny menambahkan, Medsos bisa menimbulkan ketidak-nyamanan dan seolah-olah ada suatu ancaman, menimbulkan sikon re-aktif dan memicu (kegiatan) massa dibalas dengan massa, jika tidak bijak konten dan cara menyebarkannya. "Orang mudah dimanipulasi (Medsos) tanpa melakukan cek terlebih dahulu, padahal ada sumber-sumber yang tidak jelas.



Hal ini mengakibatkan semua pihak bisa terbakar menjadi emosional, mari lihat dengan ketajaman (berpikir) dan akal sehat, bukan emosional" kata Romo. Bahkan, imbuh dia Media Sosial bisa menjadikan perpecahan bangsa, gereja dan rumah tangga. Tugas gereja menurutnya ialah memberikan pendidikan bagi umat agar memilih dan memilah-milah berita.



Hukum Jangan Dikendalikan oleh Tekanan Massa. Berkaitan soal kesatuan bangsa, Romo Benny dengan nada bertanya menambahkan kematangan sebagai bangsa diuji saat ini, apakah mau menjadi bangsa yang besar atau terpecah ?. Perihal penegakan hukum, ia berpesan agar jangan sampai hukum dikendalikan oleh Politik Identitas yang artinya hukum dikendalikan oleh tekanan massa.



Dengan nada prihatin ia menambahkan sekitar 10 tahun-an, ideologi dan kemajemukan tidak dirawat dengan baik. "Berikan respon terhadap situasi dengan bijak, didukung data akurat dan prediksi yang tepat," pungkasnya.



Ayo Hidup Rukun. Dr. John N. Palinggi, MM, MBA selaku nara sumber lainnya menekankan tentang pentingnya kewajiban menjunjung tinggi kerukunan bersama guna membangun bangsa. Ia menyayangkan konflik elit yang terjadi di tanah air serta makin banyaknya hutang luar negeri.



"Jika rukun, maka akan terjadi perubahan (Indonesia) ke arah yang lebih baik,aman dan sejahtera" ujarnya. Empat pesan yang disampaikannya di penghujung paparannya yakni mendoakan Indonesia, hormati Pemerintah, milikilah pikiran Kristus dan jangan takut. Sesi dilanjutkan dengan tanya-jawab dengan moderator, Partogi.