Rabi ! Rabuni !
“Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu cari?” Kata mereka kepada-Nya: “Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal” (Yohanes 1:38).
“RABI!” itulah sapaan pertama yang diucapkan kepada Yesus pada awal pelayanan-Nya. Sapaan itu dicatat di Yohanes 1:35-38. Rabi adalah kata Ibrani dan Aram yang berar ti guru. Orang menggunakan sapaan itu sebagai tanda dan sikap menghormati. Pekerjaan Yesus sebagai guru terutama digambarkan oleh Markus.
Kitab Injil Markus secara dramatis memberi kesan seolah-olah Tuhan Yesus terus mengajar. Yesus mengajar di Sinagoge, di tepi danau, di jalan, di bukit, di pantai, di pinggir sumur, di mana-mana. Markus juga mencatat bahwa pada suatu hari Yesus dicari kedua belas murid-Nya Karena banyak orang sedang menunggu untuk minta disembuhkan.
Ternyata Yesus menolak permintaan itu dan berkata, “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang” (Mrk. 1:38).Matius pun menggambarkan bahwa Yesus banyak mengajar.
Dalam Matius 4:23 dicatat, “Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea, Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat.” Mengajar adalah pekerjaan Tuhan Yesus yang utama. Memang Ia kerap kali berkhotbah, menyembuhkan orang sakit dan melakukan mujizat, namun kegiatan-Nya yang paling utama adalah mengajar.
Orang Kristen yang mau memikul salibnya adalah murid Yesus. Sebagai murid Kristus kita harus menerima dan mempraktekkan ajaran-Nya. Mengapa kita harus menerima dan mempraktekkan ajaran Yesus? :
1. Sebab Yesus mengajar sebagai orang yang berkuasa (Mrk. 1:22). Markus 1:22 mencatat: “Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa…” Ungkapan “sebagai orang berkuasa” adalah terjemahan dari eksousian ekhoon yang lebih tepat diterjemahkan sebagai “orang yang berwibawa.”
Wibawa seseorang terletak dalam integritasnya,itulah kekuatan Yesus, seluruh hidup Yesus merupakan wujud dari perkataan-Nya. Tentunya wibawa Yesus adalah wibawa Ilahi karena Yesus adalah Allah. Jadi, bila Yesus adalah Allah maka kita tidak perlu lagi untuk menjadi murid Yesus dan menerima serta mempraktekkan ajaran-Nya. Dengan demikian tidak ada teladan lain dalam hidup kita selain Yesus.
2. Sumber pengajaran Yesus adalah kehendak Allah (Mat. 14:24). Yesus mengajar melalui kehidupan-Nya. Seluruh kehidupan-Nya adalah teladan yang bukan berisi usaha-usaha untuk mencapai keinginan-Nya, melainkan keinginan Bapa di sorga.
Dalam Yohanes 7:16 Yesus berkata, “Ajaran- Ku tidak berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku.” Lalu Yesus segera melanjutkan bahwa Dia bukan hanya mengajarkan kehendak-Nya, melainkan juga melakukannya (Yoh.7:17).
Sumber pengajaran Yesus adalah kehendak Allah.Sapaan “Rabi” bukan hanya sapaan pertama yang didengar Yesus pada awal pelayanan-Nya melainkan juga sapaan pertama yang didengar-Nya setelah kebangkitan-Nya. Ketika seorang murid mengenali Yesus di subuh Paskah itu, ia langsung berseru kegirangan, “Rabuni!” (Yoh. 20:16).
Yesus adalah Guru Agung yang berasal dari Allah dan Dia adalah Allah sendiri. kita adalah pengikut-Nya yakni murid-Nya. Dia guru yang kita kagumi. Dia berdiri di depan kita. Mata-Nya menatap kita, lalu kita menghampiri Dia dan dengan rasa takjub kita menyapa, “Rabi! Rabuni!” “Guru! Guruku!” [Sumber : R.A.B-Pdt. Hengky So, M.Th/Foto : Istimewa].
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”