Berita Bethel
Penulis: Pram (23/08/2016)
Bagai Bejana Di Tangan Tukang Periuk


“Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya : Mengapakah engkau membentuk aku demikian?”.Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?” Roma 9:20-21.



Dalam kitab Yeremia pasal 18, Yeremia diminta Tuhan untuk pergi ke tukang periuk karena Tuhan ingin memperdengarkan suaraNya. Yeremia datang tepat ketika tukang periuk sedang bekerja membuat sebuah bejana.



Ada beberapa langkah dari proses yang dikerjakan oleh tukang periuk untuk membuat sebuah bejana, mulai dari persiapan tanah liat yang akan digunakan, menempatkan tanah liat pada meja kerja yang dapat berputar sehingga tanah liat mudah dibentuk, membentuk tanah liat menjadi benda yang mempunyai kegunaan, pembakaran bejana yang sudah dibentuk agar menjadi kuat, proses pendinginan agar hasilnya lebih sempurna, hingga proses penyempurnaan tampilan bejana agar menjadi jauh lebih indah.



Dari sekian langkah proses yang dilakukan tersebut, kita dapat mempelajari dua hal penting dari kisah ini:



1. Proses Kehidupan. “Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.” Yeremia 18:4.



Tuhan membawa Yeremia untuk belajar dari tukang periuk karena Tuhan ingin memberitahukan bahwa manusia memiliki proses kehidupan yang mirip dengan bejana yang sedang dibentuk.



Tanah liat tidak secara otomatis berubah menjadi bejana yang indah, tetapi tanah liat harus melalui beberapa proses sehingga dapat menjadi sebuah bejana yang berkualitas. Jika satu langkah saja dilewatkan, maka tukang periuk tidak akan memperoleh sebuah bejana yang baik.



Mungkin saja dia hanya akan memperoleh bejana yang bentuknya kurang bagus, permukaannya retak-retak, penampilannya tidak berkilau, tidak dapat bertahan lama, atau kekurangan lainnya yang dapat ditemukan.



Ketika tanah liat tidak mengikuti bentukan dari tangan tukang periuk dan menjadi rusak, maka prosesnya akan diulang kembali. Tanah liat akan disatukan kembali, dipukul-pukul atau bahkan dibanting ke meja, agar mudah dibentuk kembali.



Kita harus mengerti bahwa tidak ada momen dalam kehidupan kita yang bukan merupakan proses bagi hidup kita. Setiap momen merupakan bagian dari proses kehidupan. Oleh karena itu kita harus belajar merelakan hidup kita, memiliki hati yang rela dan berserah kepada Tuhan, agar hidup kita dapat dibentuk oleh tangan Tuhan.



Setiap kita mengeraskan hati, bersungut-sungut kepada Tuhan dan tidak bersyukur atas apa yang kita alami, maka hidup kita bagaikan tanah liat yang keras yang susah dibentuk. Tuhan akan mengijinkan perkara-perkara yang akan membuat kita menjadi mudah dibentuk sesuai dengan rencanaNya.



Relakan hati kita untuk menjalani proses yang sedang Tuhan ijikan terjadi dalam hidup kita. Bersyukur atas proses pembentukan yang sedang Tuhan kerjakan melalui berbagai macam perkara. Akan ada saatnya dimana kita akan melihat hasil bentukan tangan Tuhan bagi hidup kita dan kita akan bersyukur atas apa yang telah kita alami bersama Tuhan.



2. Rencana Tuhan. “Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?” Roma 9:21.



Tukang periuk mempunyai hak penuh sebagai pembentuk bejana. Ide ataupun rancangan yang ada di pikirannya dituangkan ke dalam pembentukan bejana. Dia membentuk bejana sedemikian rupa, dengan segala keahliannya, sehingga bejana tersebut benar-benar menjadi sama dengan apa yang ada di pikirannya sebelumnya.



Segumpal tanah liat yang dibentuk menjadi bejana tentunya hanya mengikuti lekukan dan bentukan dari tangan tukang periuk. Tanah liat tidak terbentuk dengan sendirinya, atau bahkan tanah liat tidak bisa menentukan dia akan menjadi bejana yang mempunyai bentuk tertentu. Tanah liat hanya menjadi bejana hanya karena bentukan dari tukang periuk.



Tukang periuk dapat membentuk tanah liat sehingga menjadi bejana yang mempunyai tujuan, entah itu bejana untuk menampung air, menjadi sebuah gelas, vas bunga, hiasan, pajangan, atau kegunaan lainnya.



Bejana yang sudah jadi dapat ditempatkan di berbagai macam tempat, mulai dari lemari, rak, meja, tempat hiasan, ruang tamu, ruang pameran dan berbagai macam tempat lainnya.



Tidakkah Tuhan mempunyai rencana bagi masing-masing hidup kita?. Ya, Tuhan pasti mempunyai rencana bagi kita, bahkan rencana yang indah dan sempurna.Saat ini mungkin kita tidak dapat menyelami apa yang sedang Tuhan kerjakan dalam hidup kita. Mungkin saja kita sedang mengalami kekecewaan, kedukaan, sakit hati, amarah.



Stress, depresi, sakit yang tidak kunjung sembuh, tidak mendapat jawaban doa, tidak memperoleh pekerjaan yang layak, bisnis tidak berjalan dengan baik, dirugikan orang lain, banyak hutang, rumah tangga yang berantakan, pergaulan buruk anak-anak, masalah jodoh, ingin mengakhiri hidup dan masih banyak masalah lainnya.



Tetaplah ingat bahwa Tuhan sedang melihat kita, Tuhan sedang menyertai kita, Tuhan sedang mendengar kita, bahkan Tuhan sedang mencurahkan kasihNya yang sempurna bagi hidup kita. Tuhan menyayangi dan mencintai hidup kita. Dia sedang membentuk kita untuk dapat menjadi sesuai dengan rencana yang telah Dia tetapkan, yaitu rencana yang indah dan sempurna.



Betapa indahnya jika kita telah dibentuk menjadi bejana yang sempurna, yang akan Dia gunakan dan tempatkan menjadi suatu bejana yang mempunyai kegunaaan bagi kemuliaan Tuhan. Tuhan mempunyai rencana bagi hidup kita! Haleluya!.



“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan.......Yeremia 29:11-14. [Sumber : www.pelitahidup.com/Foto : Ilustrasi].